Resume
Film : BIOLA TAK BERDAWAI (Part 1 - Part 12)
I.
Sinopsis
Rinjani, sejak kecil bercita-cita ingin menjadi seorang
penari balet dan cita-citanya itupun tercapai dan dia bisa menari kemana-mana.
Namun Rinjani diperkosa oleh guru baletnya sendiri dan mengandung. Hasil dari
pemerkosaan itu akhirnya membuahi rahim Rinjani tapi diaborsi.
Untuk mengubur masa lalunya, Rinjani pindah dari Jakarta ke
Yogyakarta. Selama dalam kereta menuju Yogyakarta, ia duduk bersebelahan dengan
ibu yang sedang menggendong bayi dan ternyata bayinya cacat, ibu ini hanya
suruhan untuk membuang bayi ini di Yogyakarta.
Rinjani yang kesehariannya memakai kain kebaya modern khas
Yogyakarta ini, menjadikan rumah warisan neneknya di Kota Gede sebagai tempat
untuk merawat anak-anak Tunadaksa yang tidak dikehendaki kelahirannya oleh
orang tua mereka ibarat seperti biola tak berdawai tak bisa dimainkan dan tak
bisa menghasilkan nada-nada indah.
Awalnya Rinjani bingung, rumah besar warisan neneknya mau
dijadikan apa, lantas ia teringat akan ibu yang dikereta dan dia putuskan untuk
menjadikan rumah asuh bagi anak-anak penyandang cacat yang dibuang oleh orang
tuanya dan rumah asuh itu diberi nama "Rumah Asuh Ibu Sejati".
Salah satu anak asuh yang memiliki hubungan sangat dekat
dengannya dan sudah dianggap sebagai anaknya adalah Dewa. Pertumbuhan fisiknya tidak
seperti anak normal pada umumnya karena fungsi jaringan otaknya tidak sempurna
dan juga menderita tunawicaradan tunarungu, namun Dewa diperlakukan selayaknya
anak normal oleh Rinjani.
Di Rumah Asuh Ibu Sejati, Rinjani di bantu oleh Mba Wid. Mba
Wid adalah seorang dokter anak dan sekaligus seorang peramal dengan media kartu
tarot. Berdua mereka menjalankan fungsi rumah milik Rinjadi menjadi rumah asuh
untuk anak-anak yang kurang beruntung tersebut, bahkan mereka sudah terbiasa
menghadapi kematian demi kematian yang selalu mengejar hidup anak-anak cacat
yang mereka asuh.
Mba Wid sendiri dibesarkan oleh dosa karena ibunya seorang
pelacur. Ia mengabdikan diri sebagai dokter anak untuk menyelamatkan anak-anak
serta untuk melunasi dosa-dosa ibunya yang telah menggugurkan kandungan
sebanyak 6 kali.
Suatu hari tanpa sengaja Dewa menemukan sebuah kotak yang
berisi sepasang sepatu balet milik Rinjani hal ini kemudian perlahan membuka
tabir masa lalunya. Dihadapan Dewa, Rinjani kemudian mempertontonkan sisa-sisa kemampuannya
untuk menari dengan diiringi musik. Dewa mengangkat wajahnya melihat Rinjani
menari, tentu ini adalah kemajuan yang pesat untuk Rinjani karena selama ini
Dewa selalu menunduk. Kejadian luar biasa menurutnya ini kemudian memberi
semangat untuk membantu proses penyembuhan Dewa dengan terapi Musik. Rinjani
membawa Dewa pada sebuah resital Biola oleh Akademi Musik yang kemudian
mempertemukannya dengan Bisma seorang pemain biola. Hubungan mereka berlanjut
karena Dewa seperti menyukai kehadian Bisma diantara dia dan Rinjani. Mba Wid
yang pernah meramalkan bahwa Rinjani akan bertemu seorang yang mencintainya
meminta Rinjani untuk membina hubungan serius dengan Bisma, karena menurutnya
Bisma adalah pribadi yang menarik. Namun Rinjani berusaha untuk membatasi
hubungannya hanya sebatas teman, dengan alasan perbedaan usia yang cukup jauh
karena Bisma lebih muda darinya.
Hubungan mereka semakin dekat, Bisma menunjukkan
keseriusannya, dia bahkan membuat sebuah karya musik untuk membantu proses
kesembuhan Dewa. Dia memainkan biola, Rinjani menari, dan keajaiban pun
terjadi, Dewa kembali mengangkat kepalanya menikmati suguhan itu, tetapi semua
berakhir penolakan Renjani pada usaha Bisma untuk memeluknya merayakan
keberhasilannya mereka tersebut dan bahkan Rinjani mengusir Bisma.
Cinta Bisma kepada Rinjani dan Dewa sangat besar maka dia
menggugah sebuah lagu, namun lagu itu tidak terselesaikan. Akhirnya Bisma
bertandang ke rumah asuh untuk menjumpai Rinjani. Dalam pertemuan itu Bisma
mengatakan bahwa ia sedang membuat sebuah lagu untuk Rinjani dan Dewa namun
belum selesai. Rinjani mengajak Bisma untuk menyelesaikan lagu itu dan
memainkannya di acara resital Biola.
Dalam
acara resital biola itu, Bisma memainkan lagu hasil ciptaannya, namun Rinjani
dan Dewa tidak hadir dalam acara tersebut. Saking kesalnya gugahan lagu di atas
kertas pun dibakar. Selang beberapa hari Bisma ke rumah asuh untuk menjumpai
Rinjani, namun ia hanya menjumpai Mba Wid yang sedang meramal di kamarnya.
Bisma menanyakan dimana Rinjani, Mba Wid menjawab bahwa Rinjani sudah pergi
menghadap sang pencipta. Bisma pun lari mencari Dewa, ketika dilihatnya Dewa
lagi duduk, Bisma pun memeluknya dan menangis sekeras-kerasnya.
Bisma
dan Dewa pergi ke tempat di mana Rinjani di makamkan, setibanya disana Bisma
memainkan lagu yang dibuatnya dengan biola sedangkan Dewa duduk seperti biasa
dengan kepala tertunduk. Sehabis memainkan biola keajaiban pun terjadi mana
kala Dewa mengangkat kepalanya menatap langit dan dengan suara terbata-bata ia
berkata "Dewa sayang Ibu".
II. Analisis Unsur
Intrinsik
1. Tema : Kehidupan Bagaikan Teka-Teki Yang Dilema
2. Alur : Campuran
3. Tokoh dan Penokohan
:
Dewa : Pasif (tubuh), mencintai dan menyayangi
(perasaan)
Rinjani
: Setia, Sabar, Penyayang, Lemah
Lembut, Percaya akan
Keajaiban, menggunakan kebaya
Mba Wid
: Tegas, agak menyeramkan, baik hati
Bisma : Baik Hati, Cepat Putus Asa, Penyayang
4. Latar :
a. Waktu :
Pagi, Siang, Malam
b. Tempat : Rumah,Kuburan, Kamar Tidur, Kamar
Tamu, Pantai, Ruang
Medis,c Kebun, Ruang Bayi (Perawatan),
Pergelaran Seni,
Pondok, Gunung
Merapi
c. Suasana :
Sepi, Menegangkan, Sedih, gembira,
d. Sosial : Ada kendaraan umum : mobil, dokar,
sepeda, handphone,
pergelaran seni
musik,
5. Sudut Pandang : Orang ketiga tunggal (Dewa)
6. Amanat :
Selama Jantung Masih Berdetak dan masih bernafas, kita harus
saling menghargai tanpa memandang usia dan
fisik seseorang
(perbedaan) karena dimata Tuhan mereka
mempunyai keindahan
tersendiri.
III. Analisis Unsur
Ekstrinsik
1. Nilai Moral :
a. Tidak boleh
mengejek sesama umat manusia, walaupun mereka orang yang berkekurangan baik
dari segi fisik maupun materi.
b. Jika berbuat salah,
kita harus meminta maaf.
c. Tidak boleh
menghakimi sesama manusia.
d. Harus
bertanggungjawab dan mencari solusinya.
e. Jangan berpikiran
sempit agar dapat menerima pemikiran-pemikiran baru.
f. Jangan mengejek manusia karena
keterbatasan fisik maupun materi, kalau bisa dibantu.
g. Anak-anak adalah
anugrah Tuhan, apapun bentuk fisiknya, dia adalah utusan Tuhan untuk kita rawat
dan bukannya di buang karena anak-anak tidak bisa memilih siapa orang tuanya.
h. Jika menjadi orang
kaya jangan sombong karena roda kehidupan selalu berputar.
i. Kehidupan bagaikan
kupu-kupu indah, awalnya dari telur, kemudian menetas menjadi ulat, lalu ulat
akan merajut kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu yang indah.
j. Perbedaan bukan
menjadi penghalang.
k. Jangan sampai masa
lalu menghalangi masa depan.
2. Nilai Budaya : Nilai budaya yang digunakan pada film tersebut yaitu budaya
Jawa (Yogyakarta), Dokar, Candi Prambanan, Sepeda Ontel, Pakian Khas Yogya yang
digunakan oleh pak tua yang sedang mengayung sepeda ontel.
3. Pesan Kesehatan : Jangan melakukan aborsi karena akan mengidap kanker
rahim.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar